Rusun Marunda Banyak Disewa Pelaut
Ketua RW Klaster A, Rumah Susun Marunda, Nasongllah Dompas mengatakan, bukan hanya Lurah Warakas Mulyadi yang memiliki unit di Rusun Marunda yang kemudian disewakan kembali. Masih banyak pejabat dan pengusaha yang menyewakan unit di rusun yang tidak boleh dimiliki itu.
"Di sini politisasinya luar biasa. Saya punya lima orang RT. Itu lima-limanya saya tahu mereka punya beberapa unit," kata Nasongllah ditemui
Kompas.com di Rusun Marunda, Jakarta Utara, Senin (6/5/2013).
Nasongllah menyebut mereka merupakan orang-orang dari inspektorat dan sejumlah perusahaan. Namun, pria yang sudah tinggal enam tahun di Rusun Marunda, Blok Pari, lantai satu 1.01 ini enggan menyebut siapa-siapa saja yang mempunyai unit di rusun tersebut kemudian disewakan kembali.
Nasongllah mengatakan, dia enggan menguak lebih jauh praktik tersebut karena memikirkan keselamatan keluarganya. "Yang saya pikirkan hanya keluarga saya," kata pria berusia 42 tahun ini.
Ketika ditanyai unit yang dimiliki Mulyadi, ia mengaku sempat menegur Lurah Warakas itu agar tidak menyewakan unitnya. "Kemarin kata dia (Mulyadi), setelah anaknya selesai sekolah, rusun itu akan ditempati oleh anaknya. Tapi ternyata malah disewakan. Ya itulah politik, kita melawan, malah kita yang akan hancur," tuturnya.
Nasongllah berharap agar Gubernur ataupun Wakil Gubernur DKI Jakarta menyelesaikan segala permasalahan yang ada di rusun tersebut. "Jokowi kalau
blusukan yang ditemui hanya warga. Mana pernah dia bertemu RW-nya. Saya mau kita duduk bareng membicarakannya," ucap Nasongllah.
Sementara itu, Anthony, siswa STIP yang menyewa di unit tersebut, mengaku menggunakan jasa calo untuk bisa tinggal di tempat tersebut. Bersama temannya, dia menempati unit di lantai dua 2.07, Blok Pari, Klaster A.
"Saya baru dari Okteber di sini. Bayar sewanya di muka langsung setahun, Rp 11.300.000," ujarnya.
Pantauan
Kompas.com di lokasi, terdapat 20 unit rusun untuk setiap lantainya. Ada lima lantai yang berada di Blok Pari.
Kesan sepi langsung terlihat ketika beranjak dari tempat parkir memasuki gedung. Hanya terdapat beberapa pedagang makanan yang berada di lantai dasar. Kesunyian juga terlihat di setiap sudut lantainya.
Kebanyakan yang tinggal di Blok Pari ini ialah siswa STIP. Hanya tampak beberapa anak-anak kecil berlarian dari lorong ke lorong dan menuruni tangga untuk bermain di taman yang berada di lantai dasar, yang juga digunakan sebagai tempat parkir motor tersebut.