Selamat sore semuanya.
Sebelumnya saya ingin mengklarifikasi dan menekankan bahwa tulisan saya ini adalah bersifat personal, bukan mewakili institusi yang saya pimpin apalagi membawa nama perusahaan (baca : sangat jauh). Tentunya kita sudah tahu atau ingat atau menyiapkan diri atau (mungkin) sebagian lainnya justru acuh, 9 Juli 2014 – Pemilihan Umum Presiden RI. Sekedar info, ini merupakan pemilihan Presiden yang ketiga secara langsung dilakukan oleh bangsa ini dimana jilid pertama dan jilid kedua dimenangi oleh Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Terlepas dari penilaian kita terhadap kinerja SBY dan kabinetnya, selayaknyalah kita peduli untuk pemilu presiden langsung yang sebentar lagi kita helat.
Lantas apa hubungannya dengan pelaut? Mungkin sebagian kita bertanya! Presiden terpilih seharusnya juga memikirkan seluruh masyarakatnya termasuk para pelaut yang bekerja sepenuh hati untuk memaksimalkan potensi bahari dan transportasi laut, pun juga yang berkarya membawa nama baik Indonesia di dunia Internasional menjadi pelaut Indonesia. Tentunay akan sangat menarik untuk melihat calon mentri Perhubungan yang ditawarkan oleh kedua capres yang saat ini dipastikan bertarung.
Meskipun versi kedua calon yang ditampilkan di publik tidak disangkal dengan jelas oleh kedua kubu, kandidat-kandidat ini jelas menjadi perhatian bersama. Versi pertama, Kabinet TRISAKTI Jokowi-JK (
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/05/12/162325/2580393/1562/beredar-kabinet-trisakti-jokowi-acungkan-dua-jempol?992204topnews). Jatah mentri perhubungan akan jatuh pada orang profesional , Bapak Basuki Cahaya Purnama atau yang lebih dikenal dengan
Ahok. Ahok mewakili profesional karena sekalipun dia anggota partai Gerindra, partainya pasti tidak ke Jokowi-JK. Semua kita pasti tahu sepak terjang Pak Ahok. Kemapanannya dalam birokrasi dan tekadnya memberikan layanan maksimal sudah teruji mulai tingkat terendah hingga menjabat menjadi wakil gubernur DKI Jakarta. Birokrasi lelet ‘dibantai’ sampai tuntas dan member efek jera pada pegawai yang semenjana apalagi menompang nama. Hasilnya? Orang Jakarta hingga orang yang ‘melek’ informasi tentu terasa. Walau tak sedikit orang yang protes dengan gayanya, namun dia tetap tuguh pada prinsipnya. Pemerintah melayani bukan dilayani!, begitu seru nya.
Versi kedua, Kabinet Pra-Hara (
http://masshar2000.com/2014/05/24/ini-dia-kabinet-prabowo-hatta-jika-terpilih/). Tidak memunculkan nama calon mentri perhubungan. Mungkin juga untuk orang profesional walau pasti bukan Pak Ahok sebab Gerindra lebih memilih beliau tetap di Jakarta. Analisa saya kemungkinan dari partai yang baru bergabung (baca : Golkar). Besarnya jumlah mentri yaitu 7 orang dari partai ini membuat peluang mengisi jabatan mentri perhubungan cukup besar. Kabarnya, kubu Pra-Hara memang sudah menyepakati pembagian jatah mentri antar partai.
Memang belum ada yang pasti, namun melihat kisruh internal di dunia pelayaran yang sama-sama kita rasakan saat ini serta bagaimana Kementrian perhubungan kedepannya akan mendorong kita untuk mutlak memikirkan siapa calon yang pantas untuk memimpin Indonesia khususnya memimpin Kementrian Perhubungan. Mungkin baik juga jika kita bertanya secara langsung siapa orang yang akan disiapkan untuk menjadi mentri Perhubungan jika kelak memimpin. Menurut saya, hal ini penting karena kementrian inilah nantinya akan banyak berhubungan dengan kita atau setidaknya berkewajiban ‘memikirkan’ nasib kita.
Jika Anda bertanya kepada saya tentu saya sudah punya pilihan. Karenanya saya mengajak kita untuk peduli dan semangat untuk menyambut pesta demokrasi. Selamat memilih.
Salam Hangat,
Redywan James Purba